[Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.]
Kabar bangkrutnya Whitney Houston terdengar
sangat mengejutkan dunia beberapa bulan yang lalu. Sontak dunia pun tak kalah
menggema tatkala kematian, termasuk suasana haru pemakaman diva pop ini,
diberitakan. Pascaperistiwa tersebut, segala yang terkait dengan Whitney ternyata
berbuntut menarik untuk menjadi perbincangan dunia. Termasuk keberadaan Bobby
Brown, mantan suami Whitney, yang disebut-sebut sebagai orang "yang patut
disalahkan" atas "keterpurukan" Whitney, menurut teman sang
diva, David Gest. Whitney disebutkan tidak pernah menyentuh obat-obatan
terlarang sebelum menikah dengan Bobby Brown (antaranews, 21/02).
Ya, Whitney ditemukan tak bernyawa di bak
mandi Hotel Beverly Hilton, Beverly Hills, California Sabtu (11/2/2012). Di
kamar tempatnya menginap ditemukan berbagai jenis obat-obatan dan minuman
beralkohol yang diduga menyebabkan kematiannya (detikhot, 18/02). Penyebab
kematiannya hingga kini memang belum bisa dipastikan. Tapi detektif percaya ia
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya
(detikhot, 17/02). Dugaan kuat pun ada pada kombinasi obat-obatan yang selama
ini rutin dikonsumsi Whitney seperti salah satunya Xanax. Apalagi pada malam
sebelumnya ia berpesta dan minum alkohol. Kombinasi Xanax dan alkohol di dalam
tubuh bisa mematikan (detikhot, 14/02).
Satu per satu cerita sebelum meninggalnya
diva Whitney Houston pun terungkap. Ia bahkan dikabarkan berencana melakukan
operasi plastik dua minggu sebelum meninggal dunia, yaitu dengan facelift.
Metode facelift biasa dilakukan untuk mengencangkan wajah dengan menghilangkan
keriput yang ada pada muka atau leher (detikhot, 17/02). Terkait dengan
penampilan Whitney, Kevin Costner yang menjadi lawan mainnya dalam film The
Bodyguard, pun bersaksi. Kevin menuturkan bahwa Whitney sering bertanya
padanya, “Apakah saya sudah tampil bagus? Apakah saya cukup cantik? Apakah
mereka (publik) akan suka kepada saya?” (metrotvnews.com, 19/02). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagai seorang public figure, Whitney memang sangat
memperhatikan penampilan fisiknya.
Jika Whitney meninggal dengan dugaan
overdosis, maka lain halnya dengan artis Korea Park Yong Ha. Pemeran Kim Sang
Hyuk dalam drama Korea terkenal, Winter Sonata, ini ditemukan meninggal karena
gantung diri di rumahnya (detikhot, 30/06/2010). Para fans-nya tak kuasa
menahan kesedihannya. Airmata mulai terlihat menghiasi wajah penggemar aktor
tersebut. Berkali-kali para fans itu menyeka wajahnya dengan sapu tangan
(vivanews, 02/07/2010).
Sejumlah penyebab kenapa Park Yong Ha bunuh
diri mulai bermunculan banyak versi. Ada yang mengatakan, Park Yong Ha bunuh
diri karena depresi dan tak kuat menerima cobaan karena sang ayah sakit keras.
Ada juga pemberitaan bahwa Park Yong Ha Bunuh Diri karena overdosis setelah
menenggak obat tidur, karena selama ini dia memiliki masalah sulit tidur. Versi
lain mengatakan bahwa Park Yong Ha Bunuh Diri karena gagal berbisnis. Park Yong
Ha keluar dari agensi artis yng menaunginya dan memilih mandiri lalu mendirikan
perusahaan sendiri (beritaterkiniindonesia, 19/02).
Senasib dengan Park Yong Ha, bunuh diri di
kalangan artis Korea sepertinya sudah menjadi fenomena lama. Tercatat sejak
tahun 2005, terdapat sejumlah artis Korea yang bunuh diri, termasuk yang justru
sedang berada pada puncak popularitas. Bahkan tahun 2011 yang lalu disebut
sebagai tahun yang paling banyak terdapat kasus bunuh diri artis Korea. Secara
sosial, Korea memiliki masalah besar dalam urusan bunhu diri. Korea Selatan
menempati peringkat atas dalam masalah bunuh diri, melampaui Jepang. Menurut
Kementerian Kesehatan Korea Selatan, 24,3 dari 100.000 orang melakukan bunuh
diri. Jika dirata-rata, 35 orang bunuh diri setiap harinya. Hal ini meningkat
jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, tidak mudah bagi
orang Korea untuk membuka diri dan membicarakan masalah depresi (anneahira.com,
19/02).
Tekanan untuk menjadi sempurna begitu terasa
di industri hiburan Korea. Lihat saja bagaimana operasi plastik menjadi isu
yang lumrah demi kesempurnaan fisik sang bintang. Atau juga masa training selama
bertahun-tahun dan belum tentu calon bintang tersebut bakal debut jika tidak
benar-benar berbakat. Namun bagaimana jadinya jika tekanan tersebut diberikan
secara terus-terusan secara sistematis. Tekanan akan kesempurnaan ini seolah
menjadi bumerang yang memiliki efek mengerikan. Banyak artis Korea yang tidak
tahan dengan depresi yang dialami, dan jalan pintas untuk bunuh diri pun
diambil (kapanlagi.com, 03/12/2011).
Banyak penyebab artis Korea bunuh diri karena
depresi. Antara lain tuntutan pekerjaan di dunia artis yang begitu tinggi.
Manajemen artis ikut dituding sebagai salah satu penyebab. Mereka mengontrol
kehidupan artis begitu ketat, menuntut banyak hal, mulai dari menjaga citra,
latihan yang ketat, hingga mengatur dengan siapa saja sang artis boleh
berkencan. Belum lagi dengan para fans di Korea yang ternyata dapat memberikan
tekanan tambahan. Seorang artis dapat dipuji setinggi langit dan kemudian
dihina keeseokan harinya. Mereka menguntit idolanya hingga batas yang membuat
artis tidak nyaman. Lebih parah lagi, sebagai negara dengan koneksi internet
tertinggi dan tercepat di dunia, para fans ini dapat dengan bebas memberikan
kritik yang luar biasa pedas di internet saat idola mereka melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan keinginan mereka (anneahira.com, 19/02).
Beberapa bintang yang mengakhiri hidup mereka
sendiri secara tragis antara lain: Lee Eun-ju, U;Nee, Jeong Da-bin, Ahn
Jae-hwan, Choi Jin-sil, Choi Jin-young, Park Yong-ha, Park Jung Min
(koreografer), Park Hye Sang, Lee Hye Rim, Jang Ja-yeon, dan beberapa waktu ini
Daul Kim, Kim Yuri, Song Ji-seon, Chae Dong Ha dan Han Chae Won (kapanlagi.com,
03/12/2011).
Perkara idola, fans dan eksistensi dalam hal
ini ternyata merupakan obrolan menarik. Bicara tentang manusia, memang semuanya
harus berawal dari posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, bahwa
manusia sebagai pihak yang senantiasa teratur mengikuti perintah dan kehendak
Khaliq. Hal ini terkait dengan potensi kehidupan manusia yang terdiri dari dua
hal, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah) (Kitab
Peraturan Hidup dalam Islam). Manusia juga memiliki akal sebagai kekuatan untuk
melahirkan keputusan atau kesimpulan tentang sesuatu. Jika potensi akal ini
digunakan untuk memahami hubungannya dengan Allah Swt, maka kualitas tingkah
laku (suluk) seseorang akan meningkat, sehingga kualitas hidupnya juga
meningkat (Buku Islam, Politik dan Spiritual).
Idola selalu identik dengan fans. Sebagai
seorang idola yang memiliki banyak fans, tentu sangat berpengaruh pada
eksistensi sang selebriti. Idola biasanya dianggap sebagai standar, contoh
bahkan teladan bagi fans. Bahasan idola ini sejatinya telah diingatkan dalam
firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]:
21). Dan menjadi idola bukan berarti pihak yang boleh mengalahkan keberadaan
Allah Swt, sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Kemuliaan adalah pakaian Allah.
Kesombongan (kebesaran) adalah selendang Allah. Allah berfirman, ‘Barangsiapa
yang mencabut pakaian-Ku, maka Aku akan menyiksa’.” (HR. Bukhari, Muslim).
Serta firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (TQS Al-Israa [17]: 37);
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia;
dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan
niscaya dia berputus asa.” (TQS Al-Israa [17]: 83).
Jika demikian, lalu teladan semacam apa yang
dapat diambil dari para idola tersebut? Bahkan, eksistensinya di dunia pun
hanya tersandar pada normalitas dan keindahan fisik, bukan pada aspek yang
sebanding untuk dapat diteladani dari diri Rasulullaah saw sebagaimana dalam
ayat-ayat di atas. Energi semacam apa yang dapat dibagi kepada para fans dari
idolanya jika para public figure itu sendiri bingung bahkan putus asa dengan
eksistensi dirinya? Haruskah fans mengikuti gaya hidup mereka yang akrab dengan
narkoba, minuman keras hingga caranya mengakhiri hidup? Sayangnya, hidup ini
terlalu indah jika harus diakhiri dengan kematian tanpa ketaatan kepada Allah
Swt, sebagaimana firman Allah Swt: “Dan orang-orang yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan
mereka itu mendapat azab yang pedih.” (TQS Al-‘Ankabuut [29]: 23).
Teladan dari idola sejati, Rasulullaah saw,
adalah teladan yang mutlak diambil. Kegigihan beliau dalam berjuang
mendakwahkan agama Allah Swt adalah kegigihan sejati melawan tantangan hakiki.
Tatkala Rasulullaah saw diutus dengan membawa Islam, masyarakat Makkah dan
sekitarnya membicarakan dirinya dan dakwahnya. Seiring dengan berjalannya
dakwah, mereka mulai menyadari bahaya dakwah tersebut dan sepakat untuk
menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka menyimpulkan dengan pikiran yang
dangkal untuk memerangi dakwah Muhammad dengan berbagai tekanan dan mendustakan
kenabiannya. Mereka terus-menerus menyerang Rasul dan dakwahnya dengan cara
hina dan menyakitkan, tapi hal itu tidak membelokkan Rasul dari dakwahnya.
Bahkan beliau tetap meneruskan seruannya kepada manusia menuju agama Allah.
Mereka lalu menggunakan berbagai sarana untuk memalingkan Rasul dari dakwahnya,
namun tidak berhasil. Sarana-sarana terpenting yang mereka gunakan untuk
menyerang dakwah ini ada tiga, yaitu: (1) penganiayaan, (2) berbagai propaganda
di dalam dan di luar kota Makkah, dan (3) pemboikotan (Kitab Ad-Daulah).
Bayangkan, betapa tidak ada langkah yang ringan dalam perjalanan dakwah
Rasulullaah saw. Padahal beliau seorang Nabi dan Rasul, tapi ujian dari Allah
Swt tetap beliau peroleh. Tapi yang harus diketahui, ujian yang beliau terima
ternyata menentukan kualitas kaum muslimin yang berjuang bersama beliau, baik
dari kaum Muhajirin maupun Anshor.
Memang benar bahwa setiap makhluk akan
mengalami kegagalan dalam kehidupannya. Namun, merespon kegagalan bukanlah
dengan mengakhiri hidup, melainkan dengan sabar yang dibarengi dengan berbaik
sangka kepada Allah, yaitu mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan
pertolongan dari-Nya. Allah telah mewajibkan berbaik sangka kepada-Nya,
sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba
hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya.
Firman Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. al-Baqarah [2]: 214). Allah Swt telah
memberikan standar kesuksesan bagi seorang muslim sebagaimana dalam QS. Al-Ashr
[103] ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya
menetapi kesabaran.” Wallaahu a’laam [].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar