[Kanti Rahmillah, S.TP.]
Krisis pangan mengancam dunia, tak terkecuali indonesia sang negeri
agraris. Harga pangan melonjak naik, di daerah DRAMAGA kampus dalam saja
harga beras mencapai Rp 6500/liter, tadi saya ke pasar kaget IPB (10
desember 2011) harga tomat di pasar sudah mencapai Rp12.000/kg yang
biasanya Rp 5.000. Belum lagi jika kita berbicara buah-buahan, buah jeruk Thailand, Cina jauh lebih enak dan murah dibandingkan jeruk lokal, wal
hasil Al Amin depan dibanjiri buah-buah impor, kenapa? Ya selain
harganya lebih murah, indonesia punya mental lebih suka yang impor2 :).
Mari
melihat lebih luas. Untuk Indonesia, menurut sumber World Development
Indicator 2007, jumlah penduduk yang dinyatakan rawan pangan mencapai
13.8 juta jiwa (6%). Data ini diperkuat dengan kasus kelaparan di
beberapa tempat, bahkan ada yang sampai meninggal akibat gizi buruk,
dan bunuh diri akibat tidak kuasa menahan lapar setiap hari. Ada juga
masyarakat yang terpaksa makan nasi aking, dll. Untuk Dunia, dalam
laporan Unicef disebutkan bahwa setiap menit ada 10 anak meninggal
akibat kekurangan gizi. Tentu itu semua baru sebagian kecil yang
terekspos media massa.
Lantas apa yang menyebabkan krisis pangan,
terutama di indonesia sebagai negeri agraris?apakah mahasiswa IPB nya
sudah sudah tidak cerdas2?sehingga tidak mampu membuat solusi baik dari
sisi teknologi, eksplorasi SDA, penyilangan bibit unggul, hingga
perhitungan ekonomi? (jawabannya mahasiswa IPB cerdas2, coz sy juga
mahasiswa IPB ), so... apa kalo begitu?
Terdapat 3 penyebab
terjadinya krisis. Pertama: distribusi pangan yang buruk. Ini terjadi
ketika produksi pangan di suatu negara sebenarnya cukup secara
kolektif, atau surplus. Namun, karena sistem distribusinya buruk,
beberapa orang tidak bisa mendapatkannya. Distribusi yang buruk ini
terjadi ketika harga dijadikan sebagai unsur tunggal pengendali
distribusi. Artinya, orang dipaksa mendapatkan bahan makanan dengan
cara membeli; tidak ada mekanisme lain kecuali dengan cara membeli.
Kalau dia tidak mampu membeli berarti dia tidak berhak mendapatkan
bahan pangan tersebut.
Kedua: produksi pangan yang minus.
Artinya, jumlah produksi pangan lebih kecil daripada jumlah kebutuhan
untuk seluruh rakyat. Ini bisa terjadi karena adanya musibah seperti
kekeringan, banjir, serangan hama, dan lain-lain, yang menyebabkan
terjadinya kegagalan panen. Bisa juga terjadi karena kondisi pertanian
di suatu negara memang lemah sehingga tingkat produksi pertaniannya
rendah.
Ketiga: karena kombinasi dari dua kemungkinan di atas, yaitu distribusinya buruk dan produksinya juga minus.
Untuk
indonesia, jika kita lihat data2 produksi di BPS or deptan dan juga
teknologi2 yang dihasilkan oleh peneliti2 termasuk IPB masalah pangan di
indonesia adalah masalah distribusinya. Dan ini adalah peran
pemerintah untuk mendistribusikan pangan dari wilayah surplus ke
wilayah minus.
Lalu kenapa kita memilih impor pangan? padahal
jelas2 masalahnya terletak pada distribusi bukan produksi? Jawabnya,
karena indonesia sudah terikat dengan WTO dari jaman presiden soeharto
dulu, kita harus membuka perekonomian kita menuju perdagangan bebas.
pada washington konsesnsus, indonesia dan negara2 lainya, menyepakati
harus dilakukanya deregulasi, privatisasi dan liberalisasi dalam
menyambut pasar bebas ini. Indonesia tidak boleh memprotek dalam
negerinya, indonesia harus menerima impor agar ekspornya bisa juga
diterima oleh negara lain.
Terjadinya impor pangan, karena
permintaan pangan impor meningkat, ko bisa?padahal menurut almarhum
Prof Dr Sriani Sujiprihati MS, guru besar IPB mengatakan bahwa pangan
indonesia jauh lebih bergizi daripada pangan impor. Tapi pada faktanya
di indonesia, kedelai impor sebesar 70% dari kebutuhan nasional.
Jagung 10%, Kacang Tanah 15%, Bawang Putih 90%, Gula 30%, Susu 70%, dan
Daging Sapi 25%, why? Karena harga pangan impor lebih murah dari harga
pangan lokal.
Ambil contoh komoditi kedelai yang merupakan bahan
baku industri tempe, tahu dan kecap impor 70 %. Harga kedelai impor Rp
8.268/kg sedangkan kedelai petani lokal Rp 8.867,padahal secara logika
biaya transportasi AS ke indonesia jauh lebih mahal dari sentra
produksi kedelai indonesia, why? karena petani AS contohnya, yang
merupakan negara pengekspor kedelai di suport negara, mereka diberikan
subsidi, agar harga produksinya rendah. Sedangkan petani diindonesia
dengan alasan efisiensi dicabutlah subsidi untuk petani, walhasil biaya
produksi meningkat, harga jual pun meningkat. Ditambah tarif impor
untuk kedelai 0 %. Wal hasil petani kedelai kalah saing dengan petani
amerika. Ironis ya? Dengan alasan agar indonesia menjadi negara maju
yang terbuka, pemerintah menggadaikan kesejahteraan petani. Jadi
indonesia adalah negara yang lebih kapitalis dari pada negara pengusung
kapitalismenya itu sendiri.
Begitulah paradoks negeri yang kita
cintai ini, inti permasalahan pangan seperti tertera diatas adalah
masalah distribusi pangan yang buruk oleh pemerintah dan kebijakan
pemerintah yang pro pasar bebas sehingga pasar domestik dibanjiri
impor. Adapun solusi yang ditawarkan Islam adalah jadilah indonesia
yang mandiri, jadilah indonesia yang berdaulat atas panganya, sehingga
kebijakannya tidak mudah di setir oleh negara yang mempunyai
kepentingan besar di negeri ini. Tentunya akan sulit untuk kita menjadi
negara yang tidak tergantung impor jika sistemnya masih pro pasar.
Sistem pemerintah indoneisa haruslah pro rakyat seperti sistem ekonomi
Islam.
Menurut anwar iman Direktur Agricultural Policy Watch
solusi islam aagar indonesia keluar dari krisis pertama: negara harus
memberikan suport penuh dalam pembangunan pertanian; misalnya dengan
memberikan modal, lahan, sarana produksi pertanian, dll kepada petani.
Kedua:
dilakukan kebijakan ekstensifikasi; dibuka lahan-lahan baru untuk
pertanian, stop konversi lahan petanian menjadi non pertanian.
Ketiga:
dilakukan intensifikasi dengan penemuan bibit unggul, sistem budidaya,
penyediaan pupuk, dan obat pembasmi hama yang efektif.
Keempat:
dilakukan restrukturisasi pertanian. Misalnya, petani-petani gurem yang
tidak efisien dengan lahan hanya 0,2-0,3ha harus ditingkatkan skala
usahanya dengan lahan yang lebih luas.
Kelima: dilakukan
penanganan yang baik pada sektor pemasaran produk pertanian. Misalnya,
rantai pemasaran yang merugikan petani harus dihapus; disiapkan
infrastruktur pendukung yang memadai seperti jalan, alat transportasi,
pasar, dll; juga dibangun industri-industri yang dapat menyerap hasil
pertanian.
Menurut Prof Didin Damanhuri (guru besar IPB)
indonesia harus berdaulat atas panganya, sehingga punya kekuatan
politik yang kebijakannya tidak mudah disetir pihak berkepentingan.
Memang untuk merealisasikan kemandirian pangan harus ada revolusi paradigma di bidang pertanian. Dlm sistem kapitalisme, nilai tertinggi bagi pangan adlah sbg komoditi ekonomi. paradigma ini hrs diganti dg paradigma yg benar bhw pangan adalah pilar ketahanan bangsa sbg penentu kualitas SDM. Dg paradigma yg benar inilah, pemerintah mengganti paradigma aturan terkait partanian dan pangan.
BalasHapussepakat mb mufidah....selama paradigma negara kita masih sekuler, sistem ekonomi masih neolib...maka solusi teknis diatas sulit bahkan tidak mungkin terealisasi. masalahnya adalah hy segelintir org yg faham, bahwa krisis pangan yg terjadi di dunia, khususnya indonesia, akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme. mari opinikan islam punya solusi dengan kemandirian pangan dalam bingkai sistem khilafah, bukan sistem demokrasi.
BalasHapusketidakmampuan masyarakat untuk menganekaragamkan makannnya juga salah saru penyebab penting yang tidak dpat dilupakan. Orang-orang pendahulu kita bisa bertahan di segala musim dan keadaan karena mereka mempunyai berbagai jenis makanan. Sejak revolusi hijau, kita dibiasakan hanya untuk makan nasi, dan untuk negara barat dibiasakn hanya makan gandum(mungkin). Itu tidak hanya berlaku bagi pangan pokok seperti nasi. Buah juga termasuk. keanekaragaman jenis buah di Indonesia termasuk tinggi, tetapi karena masyarakat hanya tahu buah yang "itu-itu saja", petani Indonesia yang notabene mempunyai lahan kecil/sedikit tidak dapat memenuhi permintaan konsumen/masyarakat, sehingga kita melakukan impor.
BalasHapuslike this teh anti ^^)
BalasHapus