[Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si.]
“Nisaa…
Sini, Cantik,” panggil Bunda lembut. Annisaa,
gadis kecil yang tengah asyik mengamati kupu-kupu di taman itu, menoleh,
tersenyum dan memenuhi panggilan bundanya.
“Iya,
Bun,” seru Nisaa sambil berlari-lari kecil menuju Bunda.
“Lihat…
Abi sudah datang menjemput kita. Kita pulang sekarang ya, Sayang,” ucap Bunda
penuh cinta. Bunda menunjukkan kedatangan Abi pada Nisaa. Abi baru saja pulang
dari toko alat-alat listrik di seberang komplek, beli kabel rol. Karena jalan
raya sangat ramai di sore hari, maka Abi berpesan pada Nisaa dan Bunda agar
menunggunya di taman komplek saja, tak jauh dari pintu gerbang komplek.
“Na’am,
Bunda,“ sambut Nisaa dengan salah satu kosakata bahasa Arab yang sedang paling
sering ia ucapkan. Nisaa menoleh pada Abi. Abi pun berjalan mendekat.
“Assalamu’alaykum,”
Abi mengucapkan salam. Nisaa dan Bunda menyambutnya dengan tersenyum.
“Wa’alaykumussalam,”
jawab Nisaa dan Bunda bersamaan. Abi pun balas tersenyum.
“Nisaa
habis ngapain sama Bunda? Asyik banget kayaknya. Abi jadi pengen tahu,” tanya
Abi sambil menggendong Nisaa. Meski sudah 7 tahun, Abi masih suka menggendong Nisaa.
Sebenarnya, Bunda sudah sering mengingatkan Abi tentang hal ini. Apalagi, insya
Allah Nisaa akan punya adik, karena Bunda sedang mengandung 5 bulan. Bukannya
Bunda tidak setuju jika Abi sesekali memanjakan Nisaa. Hanya saja, maksud
Bunda, Nisaa juga harus dijaga agar selalu siap belajar menjadi sosok yang
dewasa. Tidak hanya karena akan punya adik, melainkan suatu saat Nisaa juga
akan menjadi perempuan dewasa. Jadi menurut Bunda, Nisaa harus dipersiapkan
sejak dini untuk menjadi muslimah tangguh. Agar ia menjadi pencetak generasi
berkualitas di masa depan nanti, insya Allah. Berhubung Nisaa masih kecil, maka
pendewasaannya pun dengan bentuk pembelajaran yang semudah dan sekecil apapun
yang sekiranya sudah bisa dijangkau oleh akal dan tingkat
berpikirnya.