[Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si]
Kisah Irshad Manji belum lagi mendingin, negeri ini diterpa panasnya isu
Lady Gaga dan Corby. Aneh, mengapa harus ada perdebatan antara kebenaran dan
kesalahan tentang ketiganya? Padahal sudah nyata, mereka adalah para perempuan
perusak generasi muda. Memangnya apa yang patut dipuja dan dibanggakan dari
mereka bertiga? Tidak ada. Bahkan bukan tidak mungkin, anak dari para perempuan
seperti mereka akan sangat malu jika mengetahui perilaku ibunya yang justru menghancurkan
generasi.
Perempuan dalam Potret Kapitalistik
Manji, Lady Gaga dan Corby tak diragukan lagi sepak terjangnya. Mereka termasuk para perempuan
yang menjadikan ide-ide kapitalis sebagai pijakan. Mereka juga ‘dengan
sadar’ berkontribusi untuk mengajak kaum perempuan selainnya untuk terkooptasi
pada ide-ide tersebut. Para pengusung ide serupa pun bersuara senada. Yaitu
dengan menyatakan bahwa
persoalan perempuan akan terselesaikan dengan membebaskan perempuan berkiprah
dimana pun, terutama dalam ranah publik. Dengan itu suara dan partisipasinya
diperhitungkan, baik dalam keluarganya maupun masyarakat. Alih-alih mampu
mengangkat nasib perempuan, posisi perempuan dalam sistem demokrasi kapitalis justru menjadi racun yang kian mengukuhkan
kegagalan menyelesaikan persoalan-persoalan perempuan. Sebaliknya, ide-ide
kapitalis-sekular sukses menjerumuskan perempuan ke dalam jurang kejahiliahan
dan kegelapan. Kegelapan ini
tidak akan pernah beranjak dari umat secara keseluruhan selama umat Islam
mencampakkan aturan-aturan dari Allah Swt dan
Rasul-Nya.
Sebagaimana diketahui, kaum
perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Dunia Islam, sudah lama
mengalami ketertindasan di berbagai lini kehidupan. Kapitalisme telah dengan
congkaknya menuduh bahwa nasib perempuan dalam Islam tidak akan pernah bahagia karena
Islam bersikap tidak adil terhadap perempuan. Sistem kapitalis-liberal ini yang
telah sekian lama bercokol, nyatanya tidak pernah mengubah nasib perempuan.