Kamis, 23 Februari 2012

Eksistensi Berujung Mati

[Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.]

Kabar bangkrutnya Whitney Houston terdengar sangat mengejutkan dunia beberapa bulan yang lalu. Sontak dunia pun tak kalah menggema tatkala kematian, termasuk suasana haru pemakaman diva pop ini, diberitakan. Pascaperistiwa tersebut, segala yang terkait dengan Whitney ternyata berbuntut menarik untuk menjadi perbincangan dunia. Termasuk keberadaan Bobby Brown, mantan suami Whitney, yang disebut-sebut sebagai orang "yang patut disalahkan" atas "keterpurukan" Whitney, menurut teman sang diva, David Gest. Whitney disebutkan tidak pernah menyentuh obat-obatan terlarang sebelum menikah dengan Bobby Brown (antaranews, 21/02).

Ya, Whitney ditemukan tak bernyawa di bak mandi Hotel Beverly Hilton, Beverly Hills, California Sabtu (11/2/2012). Di kamar tempatnya menginap ditemukan berbagai jenis obat-obatan dan minuman beralkohol yang diduga menyebabkan kematiannya (detikhot, 18/02). Penyebab kematiannya hingga kini memang belum bisa dipastikan. Tapi detektif percaya ia mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya (detikhot, 17/02). Dugaan kuat pun ada pada kombinasi obat-obatan yang selama ini rutin dikonsumsi Whitney seperti salah satunya Xanax. Apalagi pada malam sebelumnya ia berpesta dan minum alkohol. Kombinasi Xanax dan alkohol di dalam tubuh bisa mematikan (detikhot, 14/02).


Satu per satu cerita sebelum meninggalnya diva Whitney Houston pun terungkap. Ia bahkan dikabarkan berencana melakukan operasi plastik dua minggu sebelum meninggal dunia, yaitu dengan facelift. Metode facelift biasa dilakukan untuk mengencangkan wajah dengan menghilangkan keriput yang ada pada muka atau leher (detikhot, 17/02). Terkait dengan penampilan Whitney, Kevin Costner yang menjadi lawan mainnya dalam film The Bodyguard, pun bersaksi. Kevin menuturkan bahwa Whitney sering bertanya padanya, “Apakah saya sudah tampil bagus? Apakah saya cukup cantik? Apakah mereka (publik) akan suka kepada saya?” (metrotvnews.com, 19/02). Hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang public figure, Whitney memang sangat memperhatikan penampilan fisiknya.

Jika Whitney meninggal dengan dugaan overdosis, maka lain halnya dengan artis Korea Park Yong Ha. Pemeran Kim Sang Hyuk dalam drama Korea terkenal, Winter Sonata, ini ditemukan meninggal karena gantung diri di rumahnya (detikhot, 30/06/2010). Para fans-nya tak kuasa menahan kesedihannya. Airmata mulai terlihat menghiasi wajah penggemar aktor tersebut. Berkali-kali para fans itu menyeka wajahnya dengan sapu tangan (vivanews, 02/07/2010).

Sejumlah penyebab kenapa Park Yong Ha bunuh diri mulai bermunculan banyak versi. Ada yang mengatakan, Park Yong Ha bunuh diri karena depresi dan tak kuat menerima cobaan karena sang ayah sakit keras. Ada juga pemberitaan bahwa Park Yong Ha Bunuh Diri karena overdosis setelah menenggak obat tidur, karena selama ini dia memiliki masalah sulit tidur. Versi lain mengatakan bahwa Park Yong Ha Bunuh Diri karena gagal berbisnis. Park Yong Ha keluar dari agensi artis yng menaunginya dan memilih mandiri lalu mendirikan perusahaan sendiri (beritaterkiniindonesia, 19/02).
Senasib dengan Park Yong Ha, bunuh diri di kalangan artis Korea sepertinya sudah menjadi fenomena lama. Tercatat sejak tahun 2005, terdapat sejumlah artis Korea yang bunuh diri, termasuk yang justru sedang berada pada puncak popularitas. Bahkan tahun 2011 yang lalu disebut sebagai tahun yang paling banyak terdapat kasus bunuh diri artis Korea. Secara sosial, Korea memiliki masalah besar dalam urusan bunhu diri. Korea Selatan menempati peringkat atas dalam masalah bunuh diri, melampaui Jepang. Menurut Kementerian Kesehatan Korea Selatan, 24,3 dari 100.000 orang melakukan bunuh diri. Jika dirata-rata, 35 orang bunuh diri setiap harinya. Hal ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, tidak mudah bagi orang Korea untuk membuka diri dan membicarakan masalah depresi (anneahira.com, 19/02).

Tekanan untuk menjadi sempurna begitu terasa di industri hiburan Korea. Lihat saja bagaimana operasi plastik menjadi isu yang lumrah demi kesempurnaan fisik sang bintang. Atau juga masa training selama bertahun-tahun dan belum tentu calon bintang tersebut bakal debut jika tidak benar-benar berbakat. Namun bagaimana jadinya jika tekanan tersebut diberikan secara terus-terusan secara sistematis. Tekanan akan kesempurnaan ini seolah menjadi bumerang yang memiliki efek mengerikan. Banyak artis Korea yang tidak tahan dengan depresi yang dialami, dan jalan pintas untuk bunuh diri pun diambil (kapanlagi.com, 03/12/2011).

Banyak penyebab artis Korea bunuh diri karena depresi. Antara lain tuntutan pekerjaan di dunia artis yang begitu tinggi. Manajemen artis ikut dituding sebagai salah satu penyebab. Mereka mengontrol kehidupan artis begitu ketat, menuntut banyak hal, mulai dari menjaga citra, latihan yang ketat, hingga mengatur dengan siapa saja sang artis boleh berkencan. Belum lagi dengan para fans di Korea yang ternyata dapat memberikan tekanan tambahan. Seorang artis dapat dipuji setinggi langit dan kemudian dihina keeseokan harinya. Mereka menguntit idolanya hingga batas yang membuat artis tidak nyaman. Lebih parah lagi, sebagai negara dengan koneksi internet tertinggi dan tercepat di dunia, para fans ini dapat dengan bebas memberikan kritik yang luar biasa pedas di internet saat idola mereka melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka (anneahira.com, 19/02).

Beberapa bintang yang mengakhiri hidup mereka sendiri secara tragis antara lain: Lee Eun-ju, U;Nee, Jeong Da-bin, Ahn Jae-hwan, Choi Jin-sil, Choi Jin-young, Park Yong-ha, Park Jung Min (koreografer), Park Hye Sang, Lee Hye Rim, Jang Ja-yeon, dan beberapa waktu ini Daul Kim, Kim Yuri, Song Ji-seon, Chae Dong Ha dan Han Chae Won (kapanlagi.com, 03/12/2011).

Perkara idola, fans dan eksistensi dalam hal ini ternyata merupakan obrolan menarik. Bicara tentang manusia, memang semuanya harus berawal dari posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, bahwa manusia sebagai pihak yang senantiasa teratur mengikuti perintah dan kehendak Khaliq. Hal ini terkait dengan potensi kehidupan manusia yang terdiri dari dua hal, yaitu kebutuhan jasmani (hajatul udhowiyah) dan naluri (ghorizah) (Kitab Peraturan Hidup dalam Islam). Manusia juga memiliki akal sebagai kekuatan untuk melahirkan keputusan atau kesimpulan tentang sesuatu. Jika potensi akal ini digunakan untuk memahami hubungannya dengan Allah Swt, maka kualitas tingkah laku (suluk) seseorang akan meningkat, sehingga kualitas hidupnya juga meningkat (Buku Islam, Politik dan Spiritual).

Idola selalu identik dengan fans. Sebagai seorang idola yang memiliki banyak fans, tentu sangat berpengaruh pada eksistensi sang selebriti. Idola biasanya dianggap sebagai standar, contoh bahkan teladan bagi fans. Bahasan idola ini sejatinya telah diingatkan dalam firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]: 21). Dan menjadi idola bukan berarti pihak yang boleh mengalahkan keberadaan Allah Swt, sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Kemuliaan adalah pakaian Allah. Kesombongan (kebesaran) adalah selendang Allah. Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang mencabut pakaian-Ku, maka Aku akan menyiksa’.” (HR. Bukhari, Muslim). Serta firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (TQS Al-Israa [17]: 37); “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (TQS Al-Israa [17]: 83).

Jika demikian, lalu teladan semacam apa yang dapat diambil dari para idola tersebut? Bahkan, eksistensinya di dunia pun hanya tersandar pada normalitas dan keindahan fisik, bukan pada aspek yang sebanding untuk dapat diteladani dari diri Rasulullaah saw sebagaimana dalam ayat-ayat di atas. Energi semacam apa yang dapat dibagi kepada para fans dari idolanya jika para public figure itu sendiri bingung bahkan putus asa dengan eksistensi dirinya? Haruskah fans mengikuti gaya hidup mereka yang akrab dengan narkoba, minuman keras hingga caranya mengakhiri hidup? Sayangnya, hidup ini terlalu indah jika harus diakhiri dengan kematian tanpa ketaatan kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt: “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih.” (TQS Al-‘Ankabuut [29]: 23).

Teladan dari idola sejati, Rasulullaah saw, adalah teladan yang mutlak diambil. Kegigihan beliau dalam berjuang mendakwahkan agama Allah Swt adalah kegigihan sejati melawan tantangan hakiki. Tatkala Rasulullaah saw diutus dengan membawa Islam, masyarakat Makkah dan sekitarnya membicarakan dirinya dan dakwahnya. Seiring dengan berjalannya  dakwah, mereka mulai menyadari bahaya dakwah tersebut dan sepakat untuk menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka menyimpulkan dengan pikiran yang dangkal untuk memerangi dakwah Muhammad dengan berbagai tekanan dan mendustakan kenabiannya. Mereka terus-menerus menyerang Rasul dan dakwahnya dengan cara hina dan menyakitkan, tapi hal itu tidak membelokkan Rasul dari dakwahnya. Bahkan beliau tetap meneruskan seruannya kepada manusia menuju agama Allah. Mereka lalu menggunakan berbagai sarana untuk memalingkan Rasul dari dakwahnya, namun tidak berhasil. Sarana-sarana terpenting yang mereka gunakan untuk menyerang dakwah ini ada tiga, yaitu: (1) penganiayaan, (2) berbagai propaganda di dalam dan di luar kota Makkah, dan (3) pemboikotan (Kitab Ad-Daulah). Bayangkan, betapa tidak ada langkah yang ringan dalam perjalanan dakwah Rasulullaah saw. Padahal beliau seorang Nabi dan Rasul, tapi ujian dari Allah Swt tetap beliau peroleh. Tapi yang harus diketahui, ujian yang beliau terima ternyata menentukan kualitas kaum muslimin yang berjuang bersama beliau, baik dari kaum Muhajirin maupun Anshor.

Memang benar bahwa setiap makhluk akan mengalami kegagalan dalam kehidupannya. Namun, merespon kegagalan bukanlah dengan mengakhiri hidup, melainkan dengan sabar yang dibarengi dengan berbaik sangka kepada Allah, yaitu mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya. Allah telah mewajibkan berbaik sangka kepada-Nya, sebagaimana Allah mewajibkan takut kepadanya. Karena itu, seorang hamba hendaknya senantiasa takut kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya. Firman Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. al-Baqarah [2]: 214). Allah Swt telah memberikan standar kesuksesan bagi seorang muslim sebagaimana dalam QS. Al-Ashr [103] ayat 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Wallaahu a’laam [].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar