Kamis, 10 Mei 2012

PENGGEMAR K-POP SEJATI

[Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.]

Fenomena Bintang Korea
Jay Park, penyanyi berdarah Korea asal Amerika Serikat ini menyambangi Jakarta untuk kedua kalinya. Kali ini Jay Park datang dalam rangkaian promo album barunya yang bertajuk “New Breed”. Jay akan bertemu dengan penggemarnya selama dua hari di Jakarta, terhitung Rabu dan Kamis, 09-10 Mei 2012 (okezone.com, 08/05/2012). Sebelumnya, Suju (Super Junior) telah lebih dulu datang ke Indonesia untuk menghibur penggemarnya pada 27-29 April 2012 lalu (republikaonline, 28/04/2012). Serupa dengan Jay, Suju pun disambut oleh jutaan penggemar, di Bandara Soekarno Hatta (republikaonline, 27/04/2012). Saking antusiasnya, Elf (sebutan untuk fans Suju)yang berasal dari mana-mana ini, rela menunggu berjam-jam di bawah terik matahari, demi menunggu pintu dibuka agar bisa segera memasuki gedung Mata Elang Indoor Stadium (MEIS), Ancol, tempat konser Suju berlangsung. Rata-rata penonton konser Suju, telah tiba sejak pagi hari, meski panitia baru membuka pintu utama pukul 17.30 wib. Satu jam menjelang konser yang berlangsung pada pukul 18.30 wib, masih terdapat antrian panjang Elf yang sabar menunggu panggilan panitia pintu masuk berdasarkan kelas tiket. Harga tiket resmi termahal kelas Super VIP Seat Rp 1,7 juta, yang tiket termurah Rp 500 ribu (republikaonline, 28/04/2012).
Suju dan Jay Park menjadi begitu terkenal dan punya fans tetap tentu bukan suatu kebetulan. Faktanya, demam K-pop muncul karena alasan klise yang sangat manusiawi, yaitu fisiknya. Budaya tersebut direpresentasikan dengan wajah cantik jelita berkulit putih bak porselen yang lembut dan mulus atau wajah ganteng yang imut, innoncent dan proposional. Meskipun rumor di balik semua penampakan wajah dan penampilan sang ikon dihantui beritatidak asli’ alias hasil dari operasi plastik, tapi para fans tidak peduli karena fisik yang sempurna itulah yang mereka puja, fisik yang tidak mereka miliki (www.cerita.otsuzo.com, 06/03/2012).


Di samping itu, sudah banyak bintang Korea pendahulunya yang telah meramaikan pasar Indonesia. Jika diingat-ingat, fenomena dunia hiburan Korea sejatinya telah menemukan jati dirinya sekitar tahun 2002, yang diawali dengan sejumlah serial drama. Sebutlah Winter Sonata, yang sempat mencuatkan industri hiburan Korea ke seluruh dunia (kapanlagi.com, 17/01/2012). Tak heran jika dua pemeran utama Winter Sonata, Bae Yong Joon (pemeran Kang Joon Sang/Lee Min Hyung) dan Choi Ji Woo (pemeran Jung Yu-jin), meraih penghargaan KBS Awards 2002 sebagai aktor dan aktris dengan akting terbaik (wikipedia, 19/01/2012). Bahkan, mereka menjadi bintang terunggul di Asia, termasuk Indonesia (poskotanews.com, 04/02/2012). Kini para bintang dari serial tersebut tengah merayakan ulang tahun ke-10 Winter Sonata lewat Winter Sonata Musikal. Yoon Suk Ho, sutradara Winter Sonata, menyatakan Winter Sonata adalah proyek paling bersejarah dalam hidupnya dan itu membuatnya sangat bersyukur, hingga setelah sepuluh tahun berlalu, hal ini seperti sebuah reuni (kapanlagi.com, 17/01/2012). Wajar jika sejumlah bintang Korea mendadak terkenal di dunia, termasuk Indonesia. Karena industri hiburan Korea yang spektakuler ini tidak terlepas dari program Pemerintah Korea, khususnya melalui 2010-2012 Visit Korea Year (www.visitkorea.or.kr, 2009).

Standarisasi Idola
Perkara idola, fans dan eksistensi ternyata menarik. Idola selalu identik dengan fans. Sebagai seorang idola yang memiliki banyak fans, tentu sangat berpengaruh pada eksistensi sang selebriti. Idola biasanya dianggap sebagai standar, contoh bahkan teladan bagi fans.
Bahasan idola ini telah diingatkan dalam firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab [33]: 21). Dan menjadi idola bukan berarti pihak yang boleh mengalahkan keberadaan Allah Swt, sebagaimana sabda Rasulullaah saw: “Kemuliaan adalah pakaian Allah. Kesombongan (kebesaran) adalah selendang Allah. Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang mencabut pakaian-Ku, maka Aku akan menyiksa’.” (HR. Bukhari, Muslim). Serta firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (TQS Al-Israa [17]: 37).
Lantas, teladan macam apa yang dapat diperoleh dari para idola tersebut? Energi macam apa pula yang dapat dibagi kepada para fans dari idolanya jika para public figure itu sendiri hanya berstandar dunia? Mengapa korbanan waktu, tenaga dan dana fantastis telah menjadikan para fans itu melalaikan hal-hal lainnya? Padahal, eksistensi sang idola hanya tersandar pada normalitas dan keindahan fisik, bukan pada aspek yang sebanding untuk dapat diteladani dari diri Rasulullaah saw sebagaimana dalam ayat-ayat di atas.
Teladan dari idola sejati, Rasulullaah saw, adalah teladan yang mutlak diambil. Kegigihan beliau dalam berjuang mendakwahkan agama Allah Swt adalah kegigihan sejati melawan tantangan hakiki. Tatkala Rasulullaah saw diutus dengan membawa Islam, masyarakat Makkah dan sekitarnya membicarakan beliau dan dakwahnya. Seiring dengan berjalannya dakwah, mereka mulai menyadari bahaya dakwah tersebut. Mereka pun sepakat untuk menentang, memusuhi dan memeranginya. Mereka juga menggunakan berbagai sarana untuk memalingkan Rasul dari dakwahnya, namun tidak berhasil. Sarana-sarana terpenting yang mereka gunakan untuk menyerang dakwah ini ada tiga, yaitu: (1) penganiayaan, (2) berbagai propaganda di dalam dan di luar kota Makkah, dan (3) pemboikotan (Kitab Ad-Daulah). Bayangkan, betapa tidak ada langkah yang ringan dalam perjalanan dakwah Rasulullaah saw. Tapi yang harus diketahui, ujian yang beliau terima ternyata juga menentukan kualitas kaum muslimin yang berjuang bersama beliau, baik dari kaum Muhajirin maupun Anshor.

Muda, Ngetop, Aset Peradaban
Sudah saatnya anak muda harus mengganti mindset-nya dalam mencari idola. Kesetaraan usia idola dengan fans-nya harus menjadikan diri mereka sebagai para pemuda yang dapat bercermin bersama. Lihatlah generasi muda binaan Rasulullaah saw saat mendakwahkan Islam di Makkah hingga berdirinya Daulah Khilafah Islamiyyah pertama di Madinah. Peradaban Islam dipenuhi oleh sumber daya manusia berkualitas yang menjadi aset terbesar masa depan dunia.
Ali bin Abi Thalib, masuk Islam dan menjadi pengemban dakwah Islam pada usia 8 tahun. Mu’adz bin Jabal, dinobatkan menjadi hakim agung negara, saat usianya masih 18 tahun. Demikian halnya penakluk Konstantinopel 1453, yang mana usia Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun tersebut baru 21 tahun 2 bulan. Dan sudah terlanjur ngetop, Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pemimpin terbaik dari pasukan terbaik yang dijanjikan Allah Swt untuk membebaskan Konstantinopel yang tersohor sebagai kota yang sangat sulit ditembus karena benteng-bentengnya yang kuat.
Menilik usianya, mereka masih sangat muda saat mampu mewujudkan perubahan yang revolusioner. Ada faktor lain dalam diri mereka yang menjadikannya mampu menembus batas keghaiban dengan kekuatan pemikiran sebagai motornya. Mereka jelas memiliki kapasitas berpikir yang optimal untuk meraih cita-cita perjuangannya. Menjadi sosok muda, berprestasi dan ber-prestige toh tidak membuat mereka terbanggakan hanya dengan ukuran duniawi semata. Kemudaan mereka dalam prestasi dan prestige tidak hanya bertaraf dunia, tapi juga bertaraf akhirat.  Mereka adalah pemuda produk dari sebuah cita-cita yang dianggap mustahil pada masanya dan masa kini. Kapasitas berpikir mereka senantiasa dirangkai dengan keyakinan akan kebenaran janji Allah Swt hingga telah membuatnya menjadi kenyataan bersejarah yang tertoreh sebagai bagian penting dalam peradaban manusia.

K-Pop Sejati
Anak muda juga harus memiliki kesadaran bahwa aliran makna hidup ini bersandar sepenuh daya dan upaya hanya kepada Yang Maha Mengatur manusia, kehidupan dan alam semesta.  Sebuah pemikiran yang akan bermuara hanya pada hakikat penciptaan oleh Sang Khaliq. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Maka segala aktivitasnya harus terikat dengan hukum Allah Swt.
Tak usah ragu mengganti kepanjangan K-pop (korean pop) menjadi K-pop (Khilafah populer).  Bahkan, jadilah pemuda penggemar K-pop (Khilafah populer) sejati. Karena pemuda yang berkiprah untuk dunia dengan tidak menjadikan penerapan syariah Islam dalam Khilafah sebagai jalan dan target perubahan, maka mereka akan merasa lelah dan sia-sia karena perubahan hakiki nasib mereka tidak akan pernah terwujud. Idola pun hanya fatamorgana. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.Kiprah pemuda dalam upaya penegakan Khilafah ini telah disambut oleh Allah Swt dalam QS Ali ‘Imran [3] ayat 195: “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain...”
Wallaahu a’lam bish showab [].

2 komentar: