Minggu, 01 April 2012

Intelektual, Jangan Galau Menanggapi Kenaikan BBM

[Kanti Rahmillah, S.T.]

Jadi terpancing untuk menulis sesuatu yg lebih teknis dalam isu kenaikan BBM ini, coz ada teman sekelas, dia bilang “ kant, kenapa kita harus menolak kenaikan BBM?bukannya jika kita berbicara dari sudut pandang seorang ekonom, kenaikan BBM adalah suatu hal yg logis? kamu pasti menentang kenaikan BBM kan?ya minimal biar saya jg bisa ikut-ikutan orang kebanyakan, menolak BBM juga!”. Kurang lebih pertanyaanya begitu. Saya sedikit kaget dan takjub pada teman saya ini...dia cerdas orangnya, wong IPK nya jauh diatas rata2 dan dia pun anak kesayangan prof  bonar sinaga (guru besar IPB).

 Saat itu mungkin jawaban saya kurang sistematis...akhirnya jadi tergerak untuk menuliskannya,..karena tidak sedikit mahasiswa apalagi mahasiswa fakultas ekonomi yang setuju dengan kenaikan BBM, mereka fikir dengan membenarkan pemerintah dalam perhitungan ekonomi yg jelimet, yg hanya bisa difahami oleh para ahli, mereka akan dipandang sebagai intelektualitas yg berfikir realistis. Seminar2 dan diskusi2 yang dilakukan dalam kampus seolah olah menyiratkan bahwa hanya orang cerdaslah yang dapat memahami secara mendalam keputusan pemerintah perihal kenaikan BBM.

Euforia kampus mendukung pemerintah sepertinya sengaja dibuat-buat,...walaupun sepengamatan saya tentunya tidak berhasil,..menurut LSI (lembaga survei indonesia) sebesar 86 % masyarakat indonesia menolak kenaikan harga BBM. Melihat proentase yang besar ini, ditambah seluruh kalangan mulai dari bupati, mahasiswa, buruh, ibu rumah tangga, bahkan ulama seluruhnya turun kejalan, Fantastik kan...saya sampai berfikir ruh revolusi timur tengah (arab spring) sampai ke Indonesia...saya jadi aneh dengan wakil rakyat yang hampir semua partai pro terhadap kenaikan APBN,.jadi anda2 ini wakil rakyat yang mana?....

 Oleh karena itu saya tergerak untuk sedikit membahasakan secara teknis dengan ilmu yang pas2an dan info yg juga pas2an dalam menganalisis bahwa kenaikan BBM mutlak kita tolak, baik dari sisi akademis apalagi politis...check it dot ya...ini juga hasil saduran dari beberapa artikel.


Indonesia memang bukan penghasil utama bahan bakar fosil, namun indonesia sebelum tahun 2003 tidak pernah mengimpor minyak mentah,.. namun karena produksi yang menurun dan konsumsi yang naik meroket, membuat pemerintah pada tahun 2004  harus impor 176 kbpd. Berarti KIB jilid 1 nya SBY ya?hebat kan ya? Tenang ini baru prestasi pertama, masih banyak prestasi2 dasayaat lainnya, arus impor mengalami lonjakan yang pesat sampai 300% dari tahun 2004 - 2010 .

Menurut jero wacik (menteri ESDM) yg mengaku basic dia adalah ITB jd sudah lama mengamati isu ini, dan juga wamen ESDM yg gondrong itu,...padahal baru menjabat beberapa bulan...produksi minyak indonesia memang mengalami penurunan sekitar 12 % per tahun, dan itu suatu hal yang teknis (sewajarnya).

Sedangkan peningkatan konsumsi BBM diakibatkan oleh populasi kendaraan bermotor  yang naik tajam, sekitar 17-20/tahun. tahun 2011 saja pengguna kendaraan bermotor 107.226.572 unit ; 82% untuk sepeda bermotor dan 12,8% untuk mobil beroda 4. Otomatis kenaikan BBM akan sangat berdampak langsung pada 81 % pengguna speda bermotor yang notabene masayaarakat menengah kebawah. Yang kita tau efek domino kenaikan BBM itu luar biasa, tak ada satu pun barang yang tidak naik setelah kenaikan BBM.

Mari kita telisik alasan pemerintah menaikan harga BBM, kalo dilihat sepintas suatu sikap patriotistik, sikap yang mengedepankan pencapaianj kesejahteraan rakyat. Padahal hanya retorika belaka....argumen mereka ;Harga BBM dalam negeri akibat di subsidi menjadi lebih murah dibandingkan minyak luar negeri. Berhubung produksi kita turun, untuk memenuhi permintaan mau tidak mau pemerintah mengimpor BBM, tentunya dengan mengimpor BBM, pemerintah akan rugi karena harus membayar subsidi, agar kerugian itu menipis, pemerintah menurunkan subsidi, sehingga harga BBM naik, yang menyebabkan impor semakin naik. Atau sering disebut dengan mekanisme pasar.

Adapun alasan lain yang coba dikemukakan oleh pemerintah, yang jujur saja menurut saya terlihat sekali dibuat2nya...yaitu subsidi BBM menurut mereka sebagai pemicu terjadinya penyelundupan, pengoplosan BBM dan penghambat penggunaan bahan bakan alternatif dll.

Banyak sekali alasan2 yang dibuat2,... alasan subsidi adalah beban negara menurut saya merupakan alasan yang konyol dan maaf..terkutuk, kenapa saya bilang begitu karena subsidi itu hanya 8 persen dari APBN negara, sisanya yang 50% adalah belanja birokrasi, selebihnya  untuk  utang. Sebenarnya jika kita tarik mundur, awal mula terjadinya wacana kenaikan BBM ini diawali dengan usulan menteri ESDM Jero wacik di depan raker komisi VII DPR-RI (Selasa,6/3/2012), dia menyodorkan opsi kenaikan BBM sebesar Rp 1.500 per liter menjadi Rp 6.000 per liter mulai April 2012. Entahlah apakah mereka ga bisa menghitung atau mungkin sudah luntur  hati nuraninya?.....

Padahal jika kita lihat masih banyak cara  dalam upaya penghematan APBN itu, jadi hak rakyat yg Cuma 8% bisa tidak dipangkas...misalnya Menurut Dr Arim nasim sebenarnya masih banyak cara dalam upaya penghematan APBN itu , masalahnya pemerintah kita sj yang tidak mau repot, tidak mementingkan rakyatnya dan tentunya lebih memihak pada pemilik modal. Sebenarnya kalau pemerintah mau dan memiliki keberpihakan terhadap rakyat masih banyak alternatif  lain yang bisa dilakukan untuk menghasilkan dana sebanyak Rp. 31 Trilyun ( Penghematan yang diperoleh jika pemerintah menaikkan harga BBM menjadi Rp. 6.000). Beberapa opsi yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain :

Penghematan APBN, selama ini penggunaan APBN sangat tidak efektif, mau bukti? Lihat tahun 2011 anggaran kunjungan pejabat keluar negeri sebesar Rp 21 T. anggaran gaji pegawai 2012 sebesar Rp 215,7 T dari Rp 32,9 T pada tahun 2011, hebat kan? dalam setahun kenaikannya bisa mencapai 7 kali lipat?mungkin juga ini akibat bertambahnya pejabat negara, misal saja penambahan wakil menteri pada resufle tahun lalu. Atau anggaran belanja barang Rp 138,5 T yang ternyata dipakai untuk renovasi gedung DPR dan juga penggantian mobil mewah pejabat. Terakhir menurut KPK tahun 2008 saja diduga ada korupsi APBN kira2 30-40%, dasayaat kan?(jika kebocoran korupsi 30% saja bisa diselamatkan, sebenernya pemerintah sudah menyelamatkan lebih dari 31 T)... artinya subsidi BBM ga usah dinaikan pun, hanya berantas saja korupsi ,maka selesailah masalah defisit anggaran ini

Alternatif lainya tentunya selain penghematan APBN adalah pemangkasan utang, karena sebenernya yang membebani APBN adalah utang negara bukan subsidi, lihat saja 2012, negeri indonesia yang kaya akan SDA ini berhutang sebesar Rp 170 triliyun ( Rp 123 T untuk bayar bunganya,  Rp 43 T untuk cicilan pokoknya –bunganya gede banget ya..) , dan mau tau yang anehnya lagi? Pemerintah membayar utang tersebut dengan  menambah utang ? (SUN) surat utang negara sebesar Rp 134 T dari utang dalam negeri dan 54 T dari luar negeri, jadi pemerintah membayar utang dengan berhutang...ya kalo begitu kapan selesainya?namun menurut teori ekonomi politik, jebakan utang memang dipakai oleh negara2 penjajah dalam mendikte negara jajahannya (ya bisa dibilang neoimprealisme). Artinya negara boneka tidak akan pernah keluar dari jebakan utang. Satu lagi yang aneh?kenapa musti menambah utang?padahal APBN tahun 2010 surplus 57,42 T dan Rp 39,2 T pada 2011? Pie iki?...

Alternatif  ketiga yang membuat kita mengelus dada...seharusnya pemerintah itu menghentikan kontrak karya yang merugikan negara?ambil contoh PT Freeport yang ada di papua, total laba kotor yang didapat free port tahun 2005-2010 adalah Rp 150.033 T (90,64 %) dari laba keseluruhan, sedangkan indonesia sebagai tuan rumah hanya mendapat royalti Rp 6.588 T (9,36 %). Ironis sekali...

Padahal jika kita itung-itung... potensi tambang yang di gali oleh PT Free port itu masih menyimpan sekitar Rp 1329 T , sedangkan APBN kita 2012 Rp 1435 T..beti kan (beda tipis)? laba penggalian tambang tersebut bisa untuk menutupi APBN kita sebenarnya. Padahal menurut teman saya yg penelitian disana, teknisi tenaga ahli di PT Free port itu hampir sebagian besarnya lulusan ITB, jadi alasan indonesia tidak bisa mengelola SDA, bohong besar. Eh apa yang dilakukan penguasa anda? Mereka malah memperpanjang kontraknya sampai 40 tahun kedepan?luar biasa prestasi penguaasa anda ini...

Itulah beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh pemerintah kalau memang alasan menaikkan harga BBM adalah masalah keterbatasan anggaran. Tapi saya yakin alasan sebenarnya bukanlah hal yang demikian, terbukti pemerintah telah yang menyediakan dana konpensasi dalam bentuk BLST (bantuan langsung sementara masayaarakat) yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah penghematan yang dihasilkan dari kenaikan BBM sekitar Rp. 30 trilyun. Lalu untuk apa pemerintah repot-repot menaikan BBM sementara pemerintah harus mengeluarkan dana konpensasi yang jumlah yang sama, padahal rakyat menolak?

 Alasan yang sebenarnya adalah ketaatan pemerintah kepada para penjajah kapitalis yang menuntut penghapusan subsidi dan menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar . tentunya hal ini sesuai dengan keinginan para kapitalis, bisa dilihat dalam UU Migas No. 22 Tahun 2001 yang lahir dari Konsensus Washington.

Analisis diatas adalah sebuah realita yang tidak pernah ditutup-tutupi, tidak sedikit orang yang tau tentang fakta tersebut? banyak kaum intelektual yang mereka mampu memahami hal diatas Namun sepertinya sudah terbeli. Sehingga apa yg diucapkan sering kali sesuai dengan pesanan tuannya.

Kaum terpelajar yang masih punya hati nurani, yang masih menginginkan dalam hidupnya menjadi orang yang bermanfaat, perjuangkanlah kebenaran. Jangan sampai terjebak dalam argumentasi2 yang bermuara pada kepentingan. Lakukanlah penyadaran kepada umat bahwa kita sedang terdzolimi oleh sistem, jelaskan bahwa kerusakan ini adalah bukan semata2 kesalahan rezim yang berkuasa, tapi lebih dari itu indonesia menganut sistem sekuler kapitalis yang nyata2 membawa kesengsaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar