[Kanti Rahmillah, S.T.]
Jadi
terpancing untuk menulis sesuatu yg lebih teknis dalam isu kenaikan BBM ini,
coz ada teman sekelas, dia bilang “ kant, kenapa kita harus menolak kenaikan
BBM?bukannya jika kita berbicara dari sudut pandang seorang ekonom, kenaikan
BBM adalah suatu hal yg logis? kamu pasti menentang kenaikan BBM kan?ya minimal
biar saya jg bisa ikut-ikutan orang kebanyakan, menolak BBM juga!”. Kurang
lebih pertanyaanya begitu. Saya sedikit kaget dan takjub pada teman saya ini...dia
cerdas orangnya, wong IPK nya jauh diatas rata2 dan dia pun anak kesayangan
prof bonar sinaga (guru besar IPB).
Saat itu
mungkin jawaban saya kurang sistematis...akhirnya jadi tergerak untuk
menuliskannya,..karena tidak sedikit mahasiswa apalagi mahasiswa fakultas
ekonomi yang setuju dengan kenaikan BBM, mereka fikir dengan membenarkan
pemerintah dalam perhitungan ekonomi yg jelimet, yg hanya bisa difahami oleh
para ahli, mereka akan dipandang sebagai intelektualitas yg berfikir realistis.
Seminar2 dan diskusi2 yang dilakukan dalam kampus seolah olah menyiratkan bahwa
hanya orang cerdaslah yang dapat memahami secara mendalam keputusan pemerintah
perihal kenaikan BBM.
Euforia kampus
mendukung pemerintah sepertinya sengaja dibuat-buat,...walaupun sepengamatan
saya tentunya tidak berhasil,..menurut LSI (lembaga survei indonesia) sebesar
86 % masyarakat indonesia menolak kenaikan harga BBM. Melihat proentase yang
besar ini, ditambah seluruh kalangan mulai dari bupati, mahasiswa, buruh, ibu
rumah tangga, bahkan ulama seluruhnya turun kejalan, Fantastik kan...saya
sampai berfikir ruh revolusi timur tengah (arab spring) sampai ke Indonesia...saya
jadi aneh dengan wakil rakyat yang hampir semua partai pro terhadap kenaikan
APBN,.jadi anda2 ini wakil rakyat yang mana?....
Oleh karena itu saya
tergerak untuk sedikit membahasakan secara teknis dengan ilmu yang pas2an dan
info yg juga pas2an dalam menganalisis bahwa kenaikan BBM mutlak kita tolak,
baik dari sisi akademis apalagi politis...check it dot ya...ini juga hasil
saduran dari beberapa artikel.
Indonesia memang
bukan penghasil utama bahan bakar fosil, namun indonesia sebelum tahun 2003
tidak pernah mengimpor minyak mentah,.. namun karena produksi yang menurun dan
konsumsi yang naik meroket, membuat pemerintah pada tahun 2004 harus
impor 176 kbpd. Berarti KIB jilid 1 nya SBY ya?hebat kan ya? Tenang ini baru
prestasi pertama, masih banyak prestasi2 dasayaat lainnya, arus impor mengalami
lonjakan yang pesat sampai 300% dari tahun 2004 - 2010 .
Menurut jero wacik
(menteri ESDM) yg mengaku basic dia adalah ITB jd sudah lama mengamati isu ini,
dan juga wamen ESDM yg gondrong itu,...padahal baru menjabat beberapa
bulan...produksi minyak indonesia memang mengalami penurunan sekitar 12 % per
tahun, dan itu suatu hal yang teknis (sewajarnya).
Sedangkan peningkatan
konsumsi BBM diakibatkan oleh populasi kendaraan bermotor yang naik
tajam, sekitar 17-20/tahun. tahun 2011 saja pengguna kendaraan bermotor
107.226.572 unit ; 82% untuk sepeda bermotor dan 12,8% untuk mobil beroda 4.
Otomatis kenaikan BBM akan sangat berdampak langsung pada 81 % pengguna speda
bermotor yang notabene masayaarakat menengah kebawah. Yang kita tau efek domino
kenaikan BBM itu luar biasa, tak ada satu pun barang yang tidak naik setelah
kenaikan BBM.
Mari kita telisik
alasan pemerintah menaikan harga BBM, kalo dilihat sepintas suatu sikap
patriotistik, sikap yang mengedepankan pencapaianj kesejahteraan rakyat.
Padahal hanya retorika belaka....argumen mereka ;Harga BBM dalam negeri akibat
di subsidi menjadi lebih murah dibandingkan minyak luar negeri. Berhubung
produksi kita turun, untuk memenuhi permintaan mau tidak mau pemerintah
mengimpor BBM, tentunya dengan mengimpor BBM, pemerintah akan rugi karena harus
membayar subsidi, agar kerugian itu menipis, pemerintah menurunkan subsidi,
sehingga harga BBM naik, yang menyebabkan impor semakin naik. Atau sering
disebut dengan mekanisme pasar.
Adapun alasan lain
yang coba dikemukakan oleh pemerintah, yang jujur saja menurut saya terlihat
sekali dibuat2nya...yaitu subsidi BBM menurut mereka sebagai pemicu terjadinya
penyelundupan, pengoplosan BBM dan penghambat penggunaan bahan bakan alternatif
dll.
Banyak sekali alasan2
yang dibuat2,... alasan subsidi adalah beban negara menurut saya merupakan
alasan yang konyol dan maaf..terkutuk, kenapa saya bilang begitu karena subsidi
itu hanya 8 persen dari APBN negara, sisanya yang 50% adalah belanja birokrasi,
selebihnya untuk utang. Sebenarnya jika kita tarik mundur, awal
mula terjadinya wacana kenaikan BBM ini diawali dengan usulan menteri ESDM Jero
wacik di depan raker komisi VII DPR-RI (Selasa,6/3/2012), dia menyodorkan opsi
kenaikan BBM sebesar Rp 1.500 per liter menjadi Rp 6.000 per liter mulai April
2012. Entahlah apakah mereka ga bisa menghitung atau mungkin sudah luntur hati nuraninya?.....
Padahal jika kita
lihat masih banyak cara dalam upaya
penghematan APBN itu, jadi hak rakyat yg Cuma 8% bisa tidak
dipangkas...misalnya Menurut Dr Arim nasim sebenarnya masih banyak cara dalam
upaya penghematan APBN itu , masalahnya pemerintah kita sj yang tidak mau
repot, tidak mementingkan rakyatnya dan tentunya lebih memihak pada pemilik
modal. Sebenarnya kalau pemerintah mau dan memiliki keberpihakan terhadap
rakyat masih banyak alternatif lain yang
bisa dilakukan untuk menghasilkan dana sebanyak Rp. 31 Trilyun ( Penghematan
yang diperoleh jika pemerintah menaikkan harga BBM menjadi Rp. 6.000). Beberapa
opsi yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain :
Penghematan APBN, selama
ini penggunaan APBN sangat tidak efektif, mau bukti? Lihat tahun 2011 anggaran
kunjungan pejabat keluar negeri sebesar Rp 21 T. anggaran gaji pegawai 2012
sebesar Rp 215,7 T dari Rp 32,9 T pada tahun 2011, hebat kan? dalam setahun
kenaikannya bisa mencapai 7 kali lipat?mungkin juga ini akibat bertambahnya
pejabat negara, misal saja penambahan wakil menteri pada resufle tahun lalu.
Atau anggaran belanja barang Rp 138,5 T yang ternyata dipakai untuk renovasi
gedung DPR dan juga penggantian mobil mewah pejabat. Terakhir menurut KPK tahun
2008 saja diduga ada korupsi APBN kira2 30-40%, dasayaat kan?(jika kebocoran
korupsi 30% saja bisa diselamatkan, sebenernya pemerintah sudah menyelamatkan
lebih dari 31 T)... artinya subsidi BBM ga usah dinaikan pun, hanya berantas
saja korupsi ,maka selesailah masalah defisit anggaran ini
Alternatif lainya
tentunya selain penghematan APBN adalah pemangkasan utang, karena sebenernya
yang membebani APBN adalah utang negara bukan subsidi, lihat saja 2012, negeri
indonesia yang kaya akan SDA ini berhutang sebesar Rp 170 triliyun ( Rp 123 T
untuk bayar bunganya, Rp 43 T untuk cicilan pokoknya –bunganya gede
banget ya..) , dan mau tau yang anehnya lagi? Pemerintah membayar utang
tersebut dengan menambah utang ? (SUN) surat utang negara sebesar Rp 134
T dari utang dalam negeri dan 54 T dari luar negeri, jadi pemerintah membayar
utang dengan berhutang...ya kalo begitu kapan selesainya?namun menurut teori
ekonomi politik, jebakan utang memang dipakai oleh negara2 penjajah dalam
mendikte negara jajahannya (ya bisa dibilang neoimprealisme). Artinya negara
boneka tidak akan pernah keluar dari jebakan utang. Satu lagi yang aneh?kenapa
musti menambah utang?padahal APBN tahun 2010 surplus 57,42 T dan Rp 39,2 T pada
2011? Pie iki?...
Alternatif ketiga yang membuat kita mengelus
dada...seharusnya pemerintah itu menghentikan kontrak karya yang merugikan
negara?ambil contoh PT Freeport yang ada di papua, total laba kotor yang
didapat free port tahun 2005-2010 adalah Rp 150.033 T (90,64 %) dari laba
keseluruhan, sedangkan indonesia sebagai tuan rumah hanya mendapat royalti Rp
6.588 T (9,36 %). Ironis sekali...
Padahal jika kita
itung-itung... potensi tambang yang di gali oleh PT Free port itu masih
menyimpan sekitar Rp 1329 T , sedangkan APBN kita 2012 Rp 1435 T..beti kan
(beda tipis)? laba penggalian tambang tersebut bisa untuk menutupi APBN kita
sebenarnya. Padahal menurut teman saya yg penelitian disana, teknisi tenaga
ahli di PT Free port itu hampir sebagian besarnya lulusan ITB, jadi alasan
indonesia tidak bisa mengelola SDA, bohong besar. Eh apa yang dilakukan
penguasa anda? Mereka malah memperpanjang kontraknya sampai 40 tahun
kedepan?luar biasa prestasi penguaasa anda ini...
Itulah beberapa
alternatif yang bisa dilakukan oleh pemerintah kalau memang alasan menaikkan
harga BBM adalah masalah keterbatasan anggaran. Tapi saya yakin alasan
sebenarnya bukanlah hal yang demikian, terbukti pemerintah telah yang
menyediakan dana konpensasi dalam bentuk BLST (bantuan langsung sementara masayaarakat)
yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah penghematan yang dihasilkan dari
kenaikan BBM sekitar Rp. 30 trilyun. Lalu untuk apa pemerintah repot-repot
menaikan BBM sementara pemerintah harus mengeluarkan dana konpensasi yang
jumlah yang sama, padahal rakyat menolak?
Alasan yang
sebenarnya adalah ketaatan pemerintah kepada para penjajah kapitalis yang
menuntut penghapusan subsidi dan menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar .
tentunya hal ini sesuai dengan keinginan para kapitalis, bisa dilihat dalam UU
Migas No. 22 Tahun 2001 yang lahir dari Konsensus Washington.
Analisis diatas
adalah sebuah realita yang tidak pernah ditutup-tutupi, tidak sedikit orang
yang tau tentang fakta tersebut? banyak kaum intelektual yang mereka mampu
memahami hal diatas Namun sepertinya sudah terbeli. Sehingga apa yg diucapkan sering
kali sesuai dengan pesanan tuannya.
Kaum terpelajar yang
masih punya hati nurani, yang masih menginginkan dalam hidupnya menjadi orang
yang bermanfaat, perjuangkanlah kebenaran. Jangan sampai terjebak dalam
argumentasi2 yang bermuara pada kepentingan. Lakukanlah penyadaran kepada umat
bahwa kita sedang terdzolimi oleh sistem, jelaskan bahwa kerusakan ini adalah
bukan semata2 kesalahan rezim yang berkuasa, tapi lebih dari itu indonesia
menganut sistem sekuler kapitalis yang nyata2 membawa kesengsaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar