Selasa, 03 Januari 2012

Why the World Does Need "Supermen" (Part I)

[Isniani Muftiarsari, S.Si.]

 
Hollywood adalah industri yang sangat saya 'kagumi'. Hollywood adalah kumpulan orang-orang yang punya otak dan senjata, kalau boleh saya katakan. Otak, karena mereka membuat film dengan tujuan superbesar, yang bukan sekedar keuntungan materi tetapi juga merasuki pikiran-pikiran manusia. Senjata, karena mereka tidak sekedar punya tujuan tetapi juga mewujudkannya dengan sehebat mungkin, mengeluarkan semua kemampuan yang ada, berani mengambil resiko seburuk apapun, atau ide cerita se-'aneh' apapun.

Bagian terhebat dari menonton film Hollywood adalah memutar otak mencari konspirasi di baliknya dan menjadikannya senjata untuk melawan ide-ide mereka. Tetapi tentu saja saya batasi hanya film action, science-fiction, atau thriller; tidak merambah ke tema-tema drama -apalagi yang disebut drama romantis-. Terlalu berbahaya; karena jika main perasaan, seringkali pemikiran malah tidak jalan. Selain itu, kental dengan unsur pornoaksi-pornografi, yang memang itulah tujuan dibuatnya film jenis itu.
 
...

Kali ini, saya sedang memikirkan film-film superhero. Siapa yang tidak kenal Superman, Spiderman, Batman, Fantastic Four, Hulk,  Captain America, Wonder Woman, The Flash, dan sejenisnya? Sosok pahlawan pemberantas kejahatan, pencipta kedamaian dunia. Film dibuat dengan sempurna di semua segi: aktris dan aktor cantik dan keren, musik dahsyat, efek-efek hebat, alur cerita menarik, bahkan hingga kostum yang selanjutnya jadi trendsetter.

So, what's the point?



Terpikir..., di negara Hollywood (alias Amerika Serikat) yang tampak serba 'berkilauan' dari luar; untuk apa membutuhkan lagi 'superhero'? Bukankah AS adalah kiblat bagi negara-negara lain di bumi ini? Bukankah AS adalah negara kaya yang memiliki teknologi terhebat, militer terkuat, dan pengaruh terbesar?

Ada satu dialog yang melibatkan Superman dengan Lois Lane dalam film Superman Returns. Suatu malam, digambarkan Superman menemui Lois Lane di atap gedung Daily Planet yang sedang merokok. Saat itu Superman 'baru saja' kembali dari kepergiannya pulang ke Planet Crypton selama 6 tahun. Lois -dengan kesal- mewawancarainya, "Why did you come back?". Superman mengajak Lois 'terbang' hingga cukup jauh dari daratan.

Superman: Listen, what do you hear?
Lois Lane: Nothing.
Superman: I hear everything. You wrote that the world doesn't need a savior, but every day I hear people crying for one.

Masalahnya, kita hidup di dunia nyata, bukan dalam fantasi Hollywood. Di dunia nyata, ada manusia yang bahkan lebih jahat dari Lex Luthor, Green Goblin, atau Joker. Di dunia nyata, pembunuhan dan pembantaian benar-benar terjadi, tidak sekedar para tokoh jatuh terkapar bersimbah darah (palsu). Di dunia nyata, kehancuran benar-benar terjadi, tidak sekedar efek komputer. Di dunia nyata, perang pun benar adanya, bukan para figuran yang berlarian melawan musuh; 'beterbangan' terkena bom atau granat; berkelahi; saling menembak; mengalahkan musuh, menjadikannya tawanan, lalu menyiksanya sambil tertawa-tawa; memperkosa para wanita; sampai mengancam anak-anak dan orang tua.

Dunia butuh pahlawan, butuh penyelamat. Dan itu tidak sekedar terjadi di film; justru dalam dunia nyata, pahlawan sejati benar-benar dibutuhkan.

...

Pertanyaannya adalah... "Who's The Real Hero?"

(Agustus 2010)

1 komentar:

  1. who is the hero? pahlawan tidak perlu serangkaian identitas semacam superman dkk, tapi pahlawan juga tidak bisa jika di-klaim tanpa tanda jasa_karena pahlawan itu adalah orang-orang yang akan menerima catatan amal perbuatan hanya dari tangan kanannya_orang-orang yang berseri2 wajahnya saat sekelompok besar manusia muram karena menerima catatan amal perbuatan dari tangan kiri_orang-orang yang wajahnya bercahaya laksana asabiqunal awwalun, yang bahkan para shahabat pun kagum dengan sinar-nya_itulah orang-orang yang beruntung...

    BalasHapus