[Isniani Muftiarsari, S.Si.]
Ada sebuah pertanyaan menarik.
Mungkinkah terbentuk seseorang yang bertaqwa dan berideologi Islam dari sistem
kapitalisme saat ini? Kita sama-sama tahu bahwa suatu sistem kehidupan, yang
lahir dari ideologi tertentu, akan melahirkan orang-orang yang menganut
ideologi tersebut dan memiliki kepribadian yang sejenis. Sistem Islam akan
melahirkan muslim-muslim yang berideologi Islam, dengan akidah yang mengakar
kuat, kepribadian yang luhur, senantiasa berperilaku sesuai dengan hukum syara,
bahkan menjadi pembela-pembela ideologi Islam. Pun dengan sistem Kapitalisme,
akan melahirkan diri-diri yang serba materialistis, dengan pemikiran liberal
dan pragmatis, bahkan mungkin menjadi pejuang-pejuangnya dimanapun dia berada.
Pertanyaan di atas muncul
ketika umat Islam di dunia ini hidup bukan di dalam sistem Islam, melainkan
Kapitalisme. Beragam pemikiran asing sudah mengalir dalam darah kaum muslimin,
dari hal terkecil dalam masalah individu, hingga hal terbesar dalam perkara
negara. Jangankan menjadi penganut taat, mereka tak lagi mengenali Islam itu
sendiri. Semuanya bercampur aduk. Nah, lantas apa mungkin, dalam kondisi
seperti ini, bisa lahir muslim dengan kualitas seperti layaknya dia hidup dalam
sistem Islam?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
saya ingin menceritakan sesuatu. Di dalam tumbuhan, terdapat suatu proses
pembentukan sel kelamin jantan, yang disebut mikrosporogenesis. Dari proses
inilah akan terbentuk polen, atau serbuk sari yang biasa kita jumpai pada
bunga. Secara normal, sel induk polen akan mengalami dua kali meiosis dan
membentuk empat sel mikrospora. Masing-masing mikrospora ini akan membelah
secara mitosis sebanyak dua kali. Mitosis pertama menghasilkan dua sel,
vegetatif dan generatif. Pada mitosis kedua, hanya sel generatif yang membelah
menjadi dua sel sperma, sementara sel vegetatif berperan dalam memastikan sel
sperma dapat melakukan fertilisasi/pembuahan. Mekanisme ini pasti terjadi,
dengan regulasi gen tertentu, pada tumbuhan. Jika tidak, tentunya tidak akan
kita temukan buah-buahan sebagai hasil fertilisasi ini. Selanjutnya, semua
pasti mengetahui biji dari buah-buahan ini jika ditanam akan menghasilkan
tanaman yang baru.
Lantas apa hubungannya dengan
pertanyaan di awal tulisan tadi?
Manusia kemudian menemukan suatu
mekanisme lain yang unik, yaitu Androgenic
Switch. Proses ini membelokkan jalur perkembangan mikrospora pada mitosis
pertama, yang seharusnya menjadi dua sel yakni vegetatif dan generatif, menjadi
dua sel vegetatif saja. Setelah itu, mereka mengalami mitosis lagi dan lagi
sehingga menjadi multiseluler, akhirnya menjadi embrio. Embrio ini akan
berkembang menjadi tanaman tersendiri, yaitu tanaman haploid yang mempunyai
jumlah kromosom setengah dari tanaman normal (sepertinya hal ini tidak perlu
dibahas lebih lanjut, tetapi tanaman haploid ini sangat penting dalam
pembentukan benih unggul tanaman). Pada akhirnya kedua proses ini, baik
mikrosporogenesis dan androgenesis, akan menghasilkan tanaman yang sama, meski
berbeda sifat.
Sama saja dengan pembentukan
kepribadian seseorang. Secara “normal”, hanya orang-orang yang serba liberal
kapitalistik yang akan lahir dari sistem Kapitalisme. Tetapi, dapat lahir pula
muslim-muslim yang taat, mengemban ideologi Islam, termasuk menjadi garda
terdepan perjuangan penerapan sistem Islam. Di sini terjadi Ideological Switch. Bagaimana mungkin?
Androgenic Switch dipicu
oleh cekaman, baik berupa cekaman suhu di atas dan bawah normal, senyawa kimia,
tekanan osmotik, dan sebagainya. Setelah itu, karena proses ini membutuhkan
kerja laboratorium, perlakuan lain diberikan pada bunga jantan atau bagiannya,
yakni dengan kultur jaringan, untuk meningkatkan kadar induksi androgenesis
sekaligus memastikannya tumbuh dan berkembang menjadi tanaman. Dapat diberikan
senyawa organik, hormon, perlakuan suhu lagi, dan lain-lain, serta dipelihara
pada kondisi tertentu. (Sekali lagi, pembahasan ini dapat terlalu mendalam dan
agak menyulitkan bagi yang tidak pernah atau jarang mempelajari biologi
tumbuhan). Begitu pula Ideological Switch,
tidak mungkin terjadi jika muslim-muslim yang terjebak dalam sistem Kapitalisme
sejak lahir, tidak menjalani “cekaman” berupa pemikiran rasional yang cemerlang
tentang kehidupan, untuk menganut ideologi Islam. Tidak mungkin pula terbentuk
menjadi para pengembannya, jika tidak “terpelihara” secara keimanan dan
pemikiran.
Jadi, jawabannya adalah SANGAT
MUNGKIN. Oleh karena itulah, penting bagi para pengemban dakwah Islam ideologis
untuk terus menularkan “cekaman” pada kaum muslimin. Pada tumbuhan, kadar/tingkat cekaman yang diberikan dan durasi perlakuannya berbeda bergantung spesies, misalnya ada yang bisa dengan suhu rendah selama satu hari, tetapi ada yang butuh dengan suhu tinggi selama satu minggu. Kombinasi perlakuan ini juga bukan hal yang mudah untuk dirumuskan. Begitupun, upaya untuk membangun kesadaran di tengah umat pun dapat bervariasi bergantung kepada kategori umat, misalnya masyarakat umum, ulama, intelektual, dsb. Dibuthkan konsistensi dan kesabaran yang luar biasa untuk membuat umat mau membuka pintu pada ideologi Islam dan mempersilakannya masuk ke dalam kehidupan mereka.
Tidak cukup hanya induksi Ideological Switch, penjagaan ideologi pun merupakan perkara yang sangat kritis, apalagi dalam kondisi serba kapitalistik yang dapat saja membuat siapapun menjadi pragmatis, terjerat fakta, dan tergerus realitas. Setiap saat, kita harus benar-benar menjaga ideologi ini tetap terinternalisasi dalam diri kita dan jamaah. Hal ini tidak dapat ditawar-tawar karena kita tentu ingin mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan kita. Sehingga kita pun tidak perlu bersusah payah, membanting tulang, memeras keringat, mengorbankan pikiran, tenaga, harta, bahkan jiwa (terlepas dari bahwa perjuangan tersebut sangat besar nilainya di sisi Allah Swt), untuk memastikan anak cucu kita, generasi umat Islam di masa depan, menjadi orang-orang yang berkepribadian Islam yang tinggi. Caranya? Kembali lagi pada analogi androgenesis, kondisi media kultur (termasuk nutrisi, hormon, dsb), suhu inkubasi, juga cahaya, adalah faktor penting dalam perkembangan tanaman kultur.
Pun dengan para pengemban dakwah. Keimanan dan pemikiran menjadi faktor pendorong utama, menjadi amunisi terbesar, dalam gerak perjuangannya; para pengemban dakwah harus melalui jalan perjuangan hanya dan dengan hanya dorongan keimanan dan pemikiran, bukan yang lain. Oleh karena itu, keimanan perlu terus dipelihara setiap saatnya. Kita bicara tentang kualitas ibadah mahdloh, amalan-amalan nafilah; kita bicara tentang perjuangan tapi lalai dalam shalat malam, shaum sunah, tilawah, sedekah, dll? Pemikiran pun perlu selalu diasah. Bukan sekedar ngaji pekan-an, ditambah kajian tambahan 1x seminggu, kajian bulanan, dll, melainkan shilah fikriyyah atau bertukar pikiran. Jika tidak pernah "diadu", bagaimana memastikan pemahaman kita benar (jangan-jangan salah menangkap karena ngantuk waktu kajian?), bagaimana benar-benar menguatkan pemahaman kita itu, bagaimana belajar berargumentasi, bagaimana menguasai fakta, bagaimana menguasai dalil, dan sebagainya? Tak hanya dengan orang-orang di dalam jamaah, shilah fikriyyah pun perlu dilakukan dengan lintas harakah, bahkan dengan orang-orang yang umum sekalipun.
Tidak cukup hanya induksi Ideological Switch, penjagaan ideologi pun merupakan perkara yang sangat kritis, apalagi dalam kondisi serba kapitalistik yang dapat saja membuat siapapun menjadi pragmatis, terjerat fakta, dan tergerus realitas. Setiap saat, kita harus benar-benar menjaga ideologi ini tetap terinternalisasi dalam diri kita dan jamaah. Hal ini tidak dapat ditawar-tawar karena kita tentu ingin mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan kita. Sehingga kita pun tidak perlu bersusah payah, membanting tulang, memeras keringat, mengorbankan pikiran, tenaga, harta, bahkan jiwa (terlepas dari bahwa perjuangan tersebut sangat besar nilainya di sisi Allah Swt), untuk memastikan anak cucu kita, generasi umat Islam di masa depan, menjadi orang-orang yang berkepribadian Islam yang tinggi. Caranya? Kembali lagi pada analogi androgenesis, kondisi media kultur (termasuk nutrisi, hormon, dsb), suhu inkubasi, juga cahaya, adalah faktor penting dalam perkembangan tanaman kultur.
Pun dengan para pengemban dakwah. Keimanan dan pemikiran menjadi faktor pendorong utama, menjadi amunisi terbesar, dalam gerak perjuangannya; para pengemban dakwah harus melalui jalan perjuangan hanya dan dengan hanya dorongan keimanan dan pemikiran, bukan yang lain. Oleh karena itu, keimanan perlu terus dipelihara setiap saatnya. Kita bicara tentang kualitas ibadah mahdloh, amalan-amalan nafilah; kita bicara tentang perjuangan tapi lalai dalam shalat malam, shaum sunah, tilawah, sedekah, dll? Pemikiran pun perlu selalu diasah. Bukan sekedar ngaji pekan-an, ditambah kajian tambahan 1x seminggu, kajian bulanan, dll, melainkan shilah fikriyyah atau bertukar pikiran. Jika tidak pernah "diadu", bagaimana memastikan pemahaman kita benar (jangan-jangan salah menangkap karena ngantuk waktu kajian?), bagaimana benar-benar menguatkan pemahaman kita itu, bagaimana belajar berargumentasi, bagaimana menguasai fakta, bagaimana menguasai dalil, dan sebagainya? Tak hanya dengan orang-orang di dalam jamaah, shilah fikriyyah pun perlu dilakukan dengan lintas harakah, bahkan dengan orang-orang yang umum sekalipun.
Analogi di atas hanyalah suatu
analogi, tidak bisa selalu disetarakan dengan realita yang sedang dianalogikan
dalam segala sisi. Tetapi semoga bisa sedikit menggambarkan bahwa kondisi saat
ini berada di dalam lingkaran yang kita kuasai, bisa kita ubah. Kita hanya perlu berusaha dengan seluruh kemampuan yang kita miliki untuk mengubah kondisi ini. Apalagi jika
kita ingat kembali bahwa sungguh Allah Swt telah menjanjikan kemenangan dan
tegaknya kembali Islam di muka bumi. Betapa pertolongan Allah Swt itupun sangat
dekat.[]
Semoga mendorong kita utk mau dan siap mengubah diri. karena semuanya berada dlm kuasa kita dg akal yg dianugerahkan Allah. Tinggal masalahnya hanyalah mau atau tidak.
BalasHapusQS. Ar-Ra’du ayat 11: ”…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
BalasHapusisni...q share ke blogq yaaaaa
BalasHapusjazk